Tugas III
Tugas Dosen: Bapak Atus Syahbudin
Pada tanggal 29 September 2017 diadakan Kuliah Tamu Fitogeografi Pohon di Fakultas Kehutanan UGM. Kuliah umum ini dilaksanakan pukul 13.00-15.00 menggantikan jam kuliah fitogeografi bagi angkatan 17:) Menurut saya kuliah umum ini sangat menarik dan bermanfaat bagi mahasiswa khususnya untuk mahasiswa baru fakultas kehutanan. Dalam kuliah ini saya sebagai mahasiswa yang baru mengenal kehutanan, mendapat ilmu dan pengetahuan baru tentang pohon-pohon di Indonesia dan juga Korea. Kuliah ini juga menjadi semangat baru bagi mahasiswa untuk lebih mempelajari dan mengenal hutan Indonesia. Indonesia sangat kaya akan keragaman jenis pohon, mulai dari lahan yang normal, kering, maupun lahan gambut dapat ditanam pohon didalamnya.
Materi tentang Native Spesies Hutan Gambut Dalam Kesatuan Hidrologis Gambut yang disampaikan oleh Bapak Marinus Kristiadi Harun dan Bapak Donny Rahmanady, dipaparkan beberapa ekosistem hutan gambut yang ada di Kalimantan.Ternyata, jenis pohon yang bisa ditanam di lahan gambut cukup beragam, bukan hanya pohon berukuran kecil, namun pohon berkayu besar juga dapat tumbuh di sana. Gambut sendiri merupakan lahan yang terbentuk di daerah genangan air di antara dua sungai. Gambut dapat menyimpan air sebanyak 850 liter pada setiap 1 meter kubik, yang berarti dalam 1 hektare tersimpan air 88,6 juta liter. Wah, angka yang cukup besar bagi cadangan kebutuhan air masyarakat. Pengelolaan lahan gambut memang tidak mudah, diperlukan sistem dan cara pengelolaan yang baik untuk dapat memanfaatkan secara maksimal kegunaan lahan gambut. Apalagi, gambut dapat saja menimbulkan masalah seperti kebakaran hutan. Namun perlu diingat bahwa kebakaran hutan yang terjadi bukan salah gambutnya, namun kesalahan orang-orang yang ingin membuka lahan dengan cara yang tidak benar. Sebagai rimbawan, kita perlu memahami dan mengkaji lebih dalam jika ingin mengaplikasikan sesuatu untuk pemanfaatan lahan. Karena dalam ekosistem, diperlukan keseimbangan antara ekologi, ekonomi, dan sosial.
Kemudian dalam materi Jenis Asli Nusa Tenggara Timur disampaikan oleh Ibu Lenny Marlina Mooy. Di tengah kondisi yang terkadang kekurangan air, kawasan kering di Nusa Tenggara Timur dapat ditanami pohon apabila menggunakan teknik yang benar. Salah satu tanaman asli daerah ini adalah Cendana. Cendana seperti yang kita kenal memiliki beragam manfaat. Bagian cendana yang paling dicari yaitu akar, karena akar cendana memiliki bau yang harum. Cendana memiliki sistem perakaran horizontal, dimana akar cendana akan mencari akar inang untuk diambil zat haranya (parasitisme). Cendana tidak dapat hidup dengan baik apabila disekitarnya tidak terdapat pohon inang, dan pohon inang di sekitar cendana lama kelamaan akan mati walaupun terlihat tetap hidup normal. Bercocok tanam di lahan kering dan lahan berbatu memang tidak mudah, perlu dilakukan metode khusus agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Metode yang pernah digunakan Ibu Lenny antara lain metode substrat, media tongkol jagung-tanah, media sabut kelapa-tanah, media sekam padi, media kerikil-tanah, media pasir-tanah, dan media pecahan batu bata-tanah.
Selanjutnya, materi tentang pohon korea atau korean tree yang disampaikan oleh Kim Hyun Joong. Jangan kira Kim yang ini sebagai artis korea yang sering kita lihat. Kim merupakan seorang mahasiswa student exchange asal Korea. Walaupun materi yang disampaikan berbahasa Inggris dan saya tidak bisa memahami secara keseluruhan, tetapi materinya cukup menarik dan bisa dimengerti sedikit-sedikit oleh saya. Dalam materi ini disampaikan tentang pohon maple, yang dulunya saya kira berasal dari Kanada karena menjadi lambang di benderanya, ternyata bukan. Pohon maple atau Acer palmatum merupakan tanaman asli di daerah Korea, Jepang, dan Tiongkok dan terdapat sekitar 128 spesies. Pohon maple berukuran tinggi antara 10-45 meter. Daun pohon maple bedapat berganti-ganti warna dalam beberapa waktu. Periode bunga pohon ini yaitu sekitar bulan Mei-Juni. Pohon maple ini sangat banyak manfaatnya, salah satunya yaitu bagian kayu digunakan untuk pembuatan tongkat baseball.
Materi terakhir disampaikan oleh Bapak Atus Syahbudin tentang Jenis Pohon pada Silvikultur Intensif. Salah satu metode yang sudah berhasil yaitu pengembangan jati unggul. Jati jenis ini memiliki batang pohon yang besar, lurus, dan tinggi. Ini merupakan terobosan yang sangat baik bagi industri kehutanan Indonesia. Kemudian ada IFFS (Integrated Forest Farming System) yaitu penanaman pohon hutan sekaligus tanaman pertanian, sehingga dalam satu lahan didapat jenis hasil panen yang beragam. Selanjutnya ada SSO (Seeding Seed Orchad) untuk Pinus merkusii, pohon pinus yang dulunya tumbuh membengkok kini dapat direkayasa agar dapat tumbuh lurus menjulang tinggi. Wah, tampak seperti pohon pinus di luar negeri:)
Secara keseluruhan kuliah umum sudah cukup baik, hanya saja waktu yang terbatas membuat materi yang disampaikan kurang dikupas mendalam dan terkesan menggantung. Kedepannya bisa diadakan kuliah umum fitogeografi pohon lagi di waktu yang lebih longgar, sehingga materi lebih lengkap dan dapat lebih ditangkap oleh mahasiswa. Tetapi, saya merasa cukup senang dengan adanya kuliah umum ini dan ternyata ada live streamingnya, coba cek disini ???
No Comments so far ↓
There are no comments yet...Kick things off by filling out the form below.